Rabu, 01 Oktober 2014

Studio Pers

KETIKA PENGEMIS DI-KOMERSILKAN
(Muatan Jurnalisme Feature)

Kita sering mendengarkan kata Pekerja Seks Komersial, seorang pria atau wanita yang menjajakan hubungin intim untuk uang atau dibayar. Pernahkah kita berpikir bahwa pengemis sekarang juga dapat dikatakan sebuah tindakan yang komersil? Tapi faktanya kini memang hal seperti inilah yang terjadi. Sekarang saja sebagian orang berlomba-lomba untuk menjadi pengemis. Untuk sehari seorang pengemis bisa menghasilkan penghasilan ratusan hingga jutaan rupiah.

Bermodalkan badan lusuh, kurus, tidak terawat, cacat bila perlu, dan seorang anak-anak, anda dapat dengan mudah menjadi seorang pengemis. Seperti yang terjadi pada tahun 2013 lalu, seorang kakek terbukti berprofesi sebagai pengemis membawa uang dengan total 11 juta rupiah di gerobaknya hasil dari ia mengemis. "Setelah digeledah ada sejumlah uang tunai senilai Rp 11 juga di dalam tasnya," ujar Kasie Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Sudin Sosial Jakarta Pusat, Wanson Sinaga (Dok. Merdeka.com)

Saat seseorang yang memiliki profesi yang dibayar maka pantas profesinya tersebut dikatakan dengan istilah komersil, karena pada dasarnya ia dibayar karena hal itu. Setuju atau tidak, bagus atau tidak, logikakan saja setiap pengemis dapat dengan mudah menadahkan tangannya untuk mengemis. Lihat juga beberapa waktu lalu saat seorang pengasuh menyewakan anak asuhannya untuk mengemis. Di sini lah letak ketidak wajarannya. Saat orang menghalalkan segala cara untuk melakukan suatu tujuan. Sehingga pantas bila kita katakan profesi pengemis tidak ada bedanya dengan PSK.

Lucu memang bila suatu saat kita mendengar sebuah joke Pekerja Ngemis Komersial. Tapi inilah faktanya. Anda bisa menyishkan uang anda di tempat yang lebih layak, kepada orang yang lebih pantas, bukan di pinggir jalan kepada orang yang bermodalkan akting kelas pemula dengan mengandalkan belas kasihan yang tidak pantas.

SOURCE : #MERDEKAcom #GOOGLE